Sebelum Filsafat

Desi Ratna Ningsih
3 min readJul 16, 2020

--

Kita punya banyak problem besar yang membutuhkan refleksi filosifis.

https://www.wallpaperbetter.com/id/search?q=filsuf+Yunani

Filsafat bagi sebagian orang adalah momok yang menakutkan, membahayakan, apalagi kalau mempelajarinya setengah-setengah, bisa merusak ujar mereka. Tapi menurutku ilmu apapun yang dipelajari setengah-setengah ujungnya akan merusak, seseorang belajar ilmu kedoktera, jika setengah-setengah juga membahayakan, apa kamu mau diperiksa dokter yang ilmunya setengah-setengah?, kan gak mau hehehe, fisika juga begitu, kalau setengah-setengah kamu menggarap listrik ya bisa kacau, jadi kalau ada yang bilang belajar filsafat itu jangan setengah-setengah aku mau bilang semua ilmu sebaiknya di pelajari jagan setengah-setengah, harus sampai tuntas, harus menggali ke akarnya, apakah itu ilmu agaman atau ilmu umum. Ada juga statemen yang mengatakan belajar filsafat dapat mengancam keimanan, bagiku semua ilmu juga begitu, kalian belajar ilmu sosiologi, antropologi atau sejarah, semua itu juga mengancam keimanan, maka solusinya bukan menghindar dari ilmu, tapi kembali lagi kepada keimanan yang kuat, yang harus digoyang terus, supaya lebih kuat.

Dulu filsafat lahir sekitar enam abad sebelum masehi, beberapa buku yang aku baca, sosok Thales dijuluki sebagai bapak filsafat, lahir pada tahun 625 sebelum masehi, apakah yang dilakukan oleh Thales?, ia menggeser cara berfikir mitos menuju logos (logika), disitulah filsafat lahir, jadi filsafat lahir untuk menyerang tahayulnya orang Yunani, dulu di Yunani banyak terdapat mitos dewa-dewa, seperti Zeus, Hercules, Poseidon, Thor dan masih banyak lagi. Orang-orang Yunani pada masa itu menjawab persoalan dengan mitos, yang mengakibatkan para filsuf awal Yunani tidak puas dan menyerang keyakinan mereka, sebagai contoh: “saat badai datang apakah dewa Poseidon sedang marah ?”, “saat terjadi hujan serta petir apakah dewa Thor sedang murka ?”, itulah yang membuat Thales dan kawan-kawannya tidak puas akan jawaban itu, mereka menginginkan jawaban-jawaban yang lebih rasional dan bertanggung jawab. Filsafat sebenarnya adalah hidup yang didasarkan tidak pada mitos-mitos, apasih mitos itu?, mitos adalah konsep dan teori yang kamu terima begitu saja secara tidak kritis.

Filsafat mengajak kita menggeser dari mitos ke logos dengan memakai akal budi, dengan memakai akal budi kita lebih bertanggung jawab, bukan berarti menggunakan akal budi pasti benar, banyak filsuf awal yang aku baca pikirannya tidak karuan, ada yang mengatakan asal-usul alam ini dari air, dari api, jika kita memakai kacamata sekarang terdengar lucu, tapi mereka lebih bertenggung jawab, karena mereka menggunakan akal budinya, menggunakan perangkat intelegensinya. Allah menegaskan di Al-Quran bahwa manusia turuh ke muka bumi dibekali dua hal yaitu Al-Kitab dan Al-Hikmah, Al-Kitab adalah Al-Quran, Al-Hikmah adalah kemampuan akal budi kita untuk menangkap kebenaran dan kebijaksanaan. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 269 yang berbunyi: “Allah menganugerahkan al hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran”, jadi jika kalian bisa menggeser mitos ke logos, berarti kalian mempunyai bakat menjadi seorang filsuf.

Dalam Al-Quran banyak redaksi ayat yang mengatakan Afala Tatafakkarun (apakah kamu tidak memikirkan ?), Afala Ta’qilun (apakah kamu tidak menggunakan akalmu ?), Wa fi Anfusikum Afala Tubshirun, (di dalam dirimu apakah kamu tidak melihat ?), ayat tersebut sejatinya menyindir kita apakah kamu tidak berfikir ?, apakah kamu tidak menggunakan intelegensimu ?, seorang filsuf harus memiliki rasa ingin tahu dan takjub, jangan mudah percaya, jadi segalanya harus dipertanyakan dan tidak boleh asal-asalan. Agar menjadi sosok yang berpikir kritis, produktif, terbuka, gunakanlah anugerah akalmu untuk berpikir dan memikirkan ciptaan Tuhan, merefleksikan, mengeksplore dan mengelolanya bagi kesejahteraan jagat raya.

Sekian dulu ya pembahasan filsafatnya, aku buat artikelnya langsung ke poinnya saja dan mengarahkan lebih ke Al-Quran, semoga teman-teman bisa mendapat manfaat dari apa yang aku tuliskan. Bila teman-teman rasa postingan ini bermanfaat, berikan aku “claps” ya, agar aku lebih bersemangat lagi untuk menuliskan pembelajaranku mengenai banyak hal.

Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca artikel ini.

--

--

Desi Ratna Ningsih

Data Science Enthusiast, Remote Worker, Course Trainer, Archery Coach, Psychology and Philosophy Student