Pengembangan Diri

Malas Mikir? — Cara Menipu Otak agar Mencintai Memikirkan Hal-Hal Keras

‘Otak’ membutuhkan alasan yang jelas agar bisa bekrja dengan performa yang tinggi

Desi Ratna Ningsih
4 min readJul 27, 2020
Photo by Jude Beck on Unsplash

Semua orang pasti memiliki hari disaat mereka tidak ingin melakukan kegiatan apapun. Dimana kita memiliki keinginan yang tidak tertahankan untuk bermalas-malasan, seperti tidur-tiduran atau streaming YouTube sampai berjam-jam yang membuat waktu kita terbuang percuma. Ketika kita tidak memiliki motivasi hidup untuk terus melangkah, pastinya akan terbersit di pikiran kita “Mengapa aku harus mesti repot dengan semua ini?”.

Semua orang pasti merasakan semua ini dari waktu ke waktu, bahkan orang yang super sukses pun merasakan hal ini, seperti Bill Gates, Warren Buffer dan Steve Jobs. Akan tetapi, apa sih yang menjadikan mereka berbeda dengan semua orang, perbedaannya adalah kemampuan mereka untuk menipu otak mereka melakukan hal-hal sulit bahkan ketika mereka tidak merasa menyukainya.

Tahukan kamu, orang-orang sukses mengerti bahwa jika mereka ingin mencapi sesuatu dalam hidup, mereka tidak boleh membuat sebuah alasan untuk tidak melakukannya. Mereka tidak boleh membiarkan otak mereka mengendalikan mereka dan mereka harus menjadi si pemegang kendali.

Itulah sebabnya mengapa mengetahui cara menipu otak untuk melakukan hal-hal yang kamu inginkan adalah sebuah keterampilan yang sangat penting untuk dipelajari jika ingin sukses. Sebagai gantinya adalah otak akan terus-menerus berkelahi dengan kamu dalam pengambilan keputusan.

Jika kamu kesulitan membuat otak mendengarkan keinginanmu, kamu beruntung, karna kali ini aku akan membahas beberapa trik untuk menipu orakmu dan membuatnya melakukan hal-hal sesuai keinginanmu.

Yang Harus Kamu Lakukan Ketika Otakmu Tidak Ingin Mendengarkanmu

Perbedaan antara orang-orang sukses dan sebagian rata-rata orang adalah bahwa orang-orang sukses menyelesaikan sesuatu sampai tuntas bahkan ketika mereka tidak merasa menyukainya. Mereka dapat meretas pikiran mereka sehingga mereka mengendalikan emosi mereka sendiri, bukan sebaliknya. Ini adalah alasan terbesar mengapa rata-rata orang membiarkan tubuh mereka mengendalikan mereka, dan menyerah pada emosional yang tidak menguntungkan mereka.

Stay hungry, stay foolish — Steve Jobs.

Jadi, bagaimana kamu menipu otakmu untuk mengatasi rintangan yang menghalangi kemauanmu untuk menyelesaikan sesuatu? Bagaimana kamu bisa mengendalikan pikiranmu?, dan memaksanya untuk mematuhi perintahmu? Jawabannya adalah, kamu tidak bisa.

Otakmu keras kepala, memaksanya melakukan sesuatu yang tidak ingin didengarkannya. Bahkan, mencoba menggunakan kekuatan untuk membuat otakmu melakukan apa yang kamu inginkan hanya akan membuatnya semakin keras kepala. Sekarang, kamu harus bertempur melawan pikiranmu sendiri untuk membuatnya mendengarkanmu, yang tidak menyelesaikan apa pun.

Cara yang jauh lebih efektif untuk membuat otakmu melakukan apa yang kamu inginkan adalah menggunakan pengaruh (persuasi). Dengan begitu, kamu dapat membujuk otakmu untuk melakukan apa yang kamu inginkan, tanpa perlawanan.

Misalnya, jika aku memerintahkan kamu untuk memakan apel dan kamu tidak menyukai apel, kemungkinan besar kamu akan menolak. Tetapi jika aku memberi tahu kamu betapa manis, segar, dan lezatnya apel di tanganku ini, sekarang kamu mulai mempertimbangkan kembali pilihanmu. Kamu membiarkan otakmu membuat keputusan sendiri. Dan ketika otakmu ingin melakukan sesuatu dengan sendirinya, akan menciptakan keinginan. Itulah sebabnya pengaruh dan persuasi adalah salah satu teknik terbaik tentang cara menipu otakmu.

Inilah 3 trik jitu untuk menipu otakmu agar ia menuruti keinginanmu.

1. Perhitungkan Biaya

Lebih baik mendapatkan sesuatu daripada kehilangan sesuatu. Misalnya, pikirkanlah saat kehilangan semua milikmu yang berharga, adalah rasa takut yang jauh lebih besar daripada memiliki sesuatu untuk diraih. Jika kamu harus membuat pilihan antara menyimpan semua asetmu, dan mengambil risiko kehilangan semuanya untuk kesempatan memenangkan uang tunai Rp 5.000.000, apakah kamu akan mengambil risiko itu? Kemungkinan besar tidak, karena hadiahnya tidak sebesar uang tunai tersebut.

Akibatnya, otakmu secara alami condong ke arah tidak mengambil risiko itu, karena itu adalah sebuah mekanisme menolak risiko. Lebih suka menyimpan apa yang dimiliki saat ini daripada mengambil risiko kehilangan asetmu. Itulah sebabnya fokus pada apa yang harus kamu hilangkan adalah salah satu cara untuk mempengaruhi otakmu untuk melakukan apa yang kamu inginkan.

2. Jangan Ragu dalam Keputusan

Jika kamu kesulitan mengambil keputusan saat itu juga, sadarilah bahwa untuk tidak membuat keputusan adalah keputusan. Misalnya, jika seseorang menawarimu liburan gratis yang semuanya dibiayai ke Bali, kamu hanya memiliki dua pilihan, yaitu menerima tawaran atau menolaknya.

Jika kamu menerima tawaran itu, kamu secara sadar membuat keputusan untuk mengatakan ya. Tetapi jika kamu tidak melakukan apa pun, secara tidak sadar kamu membuat keputusan untuk mengatakan tidak. Orang yang menawarkan kesempatan sedang menunggumu untuk membuat keputusan. Jika kamu hanya terdiam, mereka akan menganggap kamu menolak tawaran mereka.

Jadi, dari mana keraguan muncul? Itu berasal dari rasa takut membuat keputusan yang salah. Kebanyakan orang yang ragu-ragu dan tidak dapat membuat keputusan adalah karena mereka takut salah. Mereka takut keputusan mereka akan menghasilkan semacam konsekuensi.

Namun, kenyataannya adalah bahwa tidak membuat keputusan juga memiliki konsekuensi. Misalnya, jika sebuah mobil melaju kencang ke arahmu, bersikap bimbang akan membuat kamu kehilangan nyawa. Tetapi membuat keputusan untuk berlari keluar dari jalan akan berpotensi menyelamatkan hidupmu.

3. Hidup Itu Sebentar

Jika kamu ingin tahu bagaimana menipu otakmu dalam melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, tanyakan pada diri kamu mengapa hal semacam itu terjadi. Menjalani hidup berarti mengalami semua yang ditawarkannya, baik atau buruk. Tetapi jika otakmu tidak ingin mengambil tindakan, pada dasarnya ia mengatakan ia tidak ingin hidup. Ia tidak ingin mengalami hidup, dan lebih suka membiarkannya berlalu begitu saja.

Apakah kamu melihat masalahnya? Jika otakmu membiarkan itu terjadi, pada akhir hidupmu, kamu akan memiliki penyesalan. Dan tidak akan ada peluang kedua untuk memperbaiki keputusan itu dan akan berakhir. Jika kamu kesulitan memberi tahu otakmu untuk melakukan sesuatu, ajukan satu pertanyaan, apakah kamu ingin hidup?

Sekian dulu ya pembahasan artikel hari ini, semoga teman-teman bisa mendapat manfaat dari apa yang aku tuliskan. Bila teman-teman rasa postingan ini bermanfaat, berikan aku “claps” ya, agar aku lebih bersemangat lagi untuk menuliskan pembelajaranku mengenai banyak hal.

Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca artikel ini.

--

--

Desi Ratna Ningsih

Data Science Enthusiast, Remote Worker, Course Trainer, Archery Coach, Psychology and Philosophy Student