Kesehatan

Awas Keracunan — Peningkat Dopamin pada Makanan Manis

Tubuh yang sehat tergantung dari apa yang kamu konsumsi

Desi Ratna Ningsih
4 min readAug 5, 2020
Photo by Rod Long on Unsplash

Hormon dopamin adalah senyawa kimiawi di otak yang berperan untuk menyampaikan rangsangan ke seluruh tubuh. Hormon ini mempengaruhi berbagai aktivitas manusia, mulai dari kemampuan mengingat hingga menggerakkan anggota tubuh.

Hormon dopamin juga disebut sebagai hormon pengendali emosi. Saat dilepaskan dalam jumlah yang tepat, hormon ini akan meningkatkan suasana hati, sehingga orang akan merasa lebih senang dan bahagia. Sebaliknya, kekurangan hormon dopamin akan membuat suasana hati menjadi buruk, bahkan dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi.

Seorang ahli saraf, Sara FL Kirk yang merupakan Professor of Health Promotion di Dalhousie University meneliti seberapa jauh diet modern obesogenic mengubah otak manusia. Riset ini berfokus pada perubahan perilaku kita yang bergantung pada apa yang kita makan dan perubahan pemikiran karena faktor gaya hidup.

Food addiction actually shares a common brain activity with alcohol addiction. And these high-fat, high-sugar foods also tend to be cheap and readily available, and strongly linked with chronic disease.

~ Sara FL Kirk

Zaman dahulu, nenek moyang primitif manusia adalah scavenger hunt (memakan binatang yang dimatikan dahulu, tumbuh-tumbuhan, dan sisa-sisa sumber makanan lainnya). Makanan manis adalah sumber energi yang sangat baik, dan manusia telah belajar untuk menemukan makanan manis yang sangat menyenangkan. Makanan dengan rasa tidak enak, pahit, asam, beracun dan busuk yang bisa menyebabkan penyakit.

Jadi untuk memaksimalkan kelangsungan hidup sebagai suatu spesies, kita memiliki sistem otak bawaan yang membuat kita menyukai makanan manis, karena merupakan sumber energi yang besar untuk bahan bakar tubuh kita. Ketika seseorang makan makanan manis, sistem di otak yang disebut dopamin diaktifkan. Dopamin adalah zat kimia otak yang dilepaskan oleh neuron dan dapat memberi sinyal bahwa peristiwa tersebut sifatnya positif.

Ketika sistem dopamin menyala, ini memperkuat perilaku yang sedang kita kerjakan, membuat kita lebih mungkin untuk melakukan tindakan tersebut. Sementara itu, lingkungan kita saat ini dipenuhi dengan makanan manis dengan gula. Sayangnya, otak kita secara fungsional masih sangat mirip dengan leluhur kita dan sangat menyukai gula.

Gula sejatinya merupakan karbohidrat kompleks saat masih dalam bentuk aslinya, yaitu gula tebu. Akan tetapi, setelah diproses, gula tersebut menjadi karbohidrat sederhana yang ujung-ujungnya menimbulkan masalah untuk tubuh kita. Bahkan, beberapa pakar nutrisi menyebut gula pasir sebagai racun, bukan pemanis. Ada lebih dari tujuh puluh penyakit yang bisa dipacu dengan mengkonsumsi gula pasir, dua diantaranya sebagai berikut.

  • Gula menekan imunitas tubuh dan melemahkan pertahanan tubuh terhadap infeksi.
  • Gula merusak keseimbangan mineral dalam tubuh yang menyebabkan kekurangan chromium (zat pembentukan tulang, glukosa, hemoglobin DLL), dan tembaga (copper) serta menghalangi penyerapan kalsium dan megnesium.

Gula putih adalah hasil proses olahan yang panjang, berasal dari perasan tebu. Dalam prosesnya, perasan tebu tersebut dipanaskan, dikristalkan, diputihkan, diberi pengawet dan seterusnya. Hilangnya semua vitamin, protein, mineral dan enzim, yang tersisa hanyalah karbohidrat.

Memakan gula putih lebih buruk daripada tidak makan sama sekali, karena ia akan menguras dan melarutkan vitamin dan mineral dalam tubuh. Jadi, untuk memproteksi diri dari asupan gula yang tinggi, tubuh terpaksa melakukan beberapa hal, yaitu kalsium dari tulang gigi dan megnesium dari enzim dalam tubuh dimobilisasikan dan digunakan dalam proses kimia untuk menetralkan atau menyeimbangkan tubuh dari keasaman yang ditimbulkan oleh gula putih.

~ Gula putih yang dimakan setiap hari akan menghasilkan keasaman tubuh yang tinggi dan makin banyak mineral dari dalam tubuh yang dipakai untuk menyeimbangkan asupan tersebut.

~Tingginya asupan gula akan menyebabkan pengeroposan tulang (osteoporosis) dan gigi (gigi tipis dan berlubang), dan tubuh pun akan mulai melemah.

Kelebihan asupan gula dapat memengaruhi seluruh organ tubuh. Mulanya, gula akan disimpan di hati dalam bentuk glukosa. Oleh karena kapasitas hati (lever) terbatas, asupan harian dari gula putih akan membuat hati mengelembung seperti balon. Jika hati sudah meksimum, kelebihan glikogen tersebut dekembalikan ke dalam darah dalam bentuk fatty acids. Kemudian, ia akan dibawa ke seluruh tubuh dan ditaruh dalam tempat yang paling tidak aktif, seperti perut, pantat, paha dan payudara.

Jika tempat-tempat ini pun sudah penuh, fatty acid akan didistriusikan pada organ aktif, seperti jantung dan ginjal. Mulailah organ tersebut melemah dan berubah menjadi lemak. Seluruh badan terpengaruh karena organ tersebut melemah dan tekanan darah menjadi tidak normal. Peredaran sistem limpa mulai diserang dan kualitas dari red corpuscles mulai berubah. Kemampuan badan kita tidak dapat merespons dengan cepat serangan dari luar, seperti dingin, panas, mikroba atau virus.

Kelebihan gula berefek buruk pada otak, kunci dari fungsi otak normal adalah asam glutamat. Vitamin B dalam tubuh akan mengubah asam glutamat. Vitamin B dalam tubuh akan mengubah asam glutamat ini menjadi senyawa kimia yang mengatur kerja otak. Vitamin B diproduksi oleh bakteri baik yang tinggal dalam usus. Ketika gula putih dimakan tiap hari, bakteri ini melemah dan banyak yang mati. Akibatnya, produksi vitamin B menurun drastis.

Banyaknya gula akan membuat orang mengantuk, 1 sampai 2 jam setelah makan nasi, kita akan diserang kantuk, kemampuan kita untuk berpikir dan mengingat pun berkurang. Jadi, mulai sekarang pakailah pemanis alami, yaitu madu, gula aren, gula kelapa, gula singkong dan gula stevia.

Aku berharap kalian enjoy saat membaca artikel ini, kalian juga dapat mendapatkan tips sehat dengan membaca artikel pada link di bawah ini.

Sekian dulu ya pembahasan artikel hari ini, semoga teman-teman bisa mendapat manfaat dari apa yang aku tuliskan. Bila teman-teman rasa postingan ini bermanfaat, berikan aku “claps” ya, agar aku lebih bersemangat lagi untuk menuliskan pembelajaranku mengenai banyak hal.

Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca artikel ini.

--

--

Desi Ratna Ningsih

Data Science Enthusiast, Remote Worker, Course Trainer, Archery Coach, Psychology and Philosophy Student